“Klien yang menggunakan kantor tersebut adalah seorang tukang kayu, jadi dia menghargai detail yang sangat rumit,” jelasnya. “Jadi kami ingin membuat pola lantai, hanya untuk membuatnya tertarik. Ukuran papan khusus empat inci terlihat lebih tinggi dan sedikit lebih modern. Dan kemudian kami membuat detail perbatasan ini karena ini adalah ruang terbuka yang sangat besar.”
Saat harus memilih palet warna, Tess melawan instingnya yang berani demi warna netral dan bersahaja yang membuat alam sekitarnya bersinar. Dengan pemandangan puncak pohon ke segala arah, dia tidak ingin ada rona atau cetakan yang mencolok untuk menghalangi pemandangan. Tess juga memadukan gaya tradisional dan kontemporer untuk menghormati usia lumbung sambil membawanya ke abad ke-21.
Dan, tentu saja, sisa-sisa denah awal hunian terlihat jelas, menawarkan suasana homey yang jarang ditemui di tempat usaha. Misalnya, dapur berbentuk L yang terinspirasi dari bahasa Inggris menempati salah satu sudut studio yang lapang, dengan lemari kayu ek ebonisasi inset khusus, meja marmer Arabescato, dan perangkat keras Devol kuningan yang tidak dipernis. “Kami menyukai hasil akhir yang hidup,” tambah Tess. “Apa pun yang akan menjadi patina dari waktu ke waktu terasa benar-benar sesuai dengan gudang. Itu sebabnya kami juga menggunakan kayu alami, karena kami mengharapkan mereka untuk dipukuli dan kami benar-benar berpikir itu bagian dari keindahannya. Kenop dan keran kuningan tanpa pernis ini sudah sangat tua dan memiliki begitu banyak karakter, meski baru kurang dari setahun.”